Di jalan ini
Di jalan ini, orang berhenti sesaat, menghela nafas
aku mencari denting lonceng di hatiku
Di jalan ini, aku menelusuri cerita masa lalu dan
riwayat masa ini
di jalan ini, aku memekik, menggonggong, membangunkan
yang terlupa
"kepada seseorang"
percintaanku adalah percintaan sunyi
tanpa perlu engkau sadari
tanpa perlu aku bersaksi
murni seperti pagi
indah seperti mentari
menores jejak yang kunikmati
dalam rindu dan kesedihan
tanpa terucap
murni seperti hadirnya
sunyi seperti matinya
cintaku
aku ingin sendiri sampai kesendirian itu abadi
mengabdi pada noktah-noktah sepi
pada ilalang ini
pengembara berjalan kaki telanjang pergi dalam sunyi
dalam mimpi…
engkaulah
engkaulah cintaku
mengawang antara ketidakberdayaan dan ketidakpercayaan
luruh dalam permainan rintik hujan
yang menyapu jejak tertinggal waktu itu
percakapan kita di waktu sepi
dalam keheningan batin, dalam riuhnya suara asing dan bising
membawa kesadaran tentang arti dan makna
saat hujan membasahi tubuhku, membelai dingin
hingga kesum-sumku
Dulu…kita tidak saling mengenal
mungkin kini juga begitu
kenapa luka harus ada
saat kata terucap di bibirmu?
rasa asam yang tersisa dalam batinku saat kita bertemu
membalur pandang
berubah kabur saat
terpaan angin
membawa rintik hujan pada kaca mobil
helaan nafas tikam perih…
saat kujawab
“mungkin memang begitu”
“saat berpisah”
jika perjanjian itu datang waktunya
aku ingin diantara orang-orang
yang menitip hormat pada pengembara
dimana hati tidak lagi berisi
berdiri dalam kubus persegi
dimana rasa ada karena nurani
jika perjanjian itu sampai
aku tak akan menitip pesan pada waktu
dan
pada hembusan angin sayup sampai
Di jalan ini, orang berhenti sesaat, menghela nafas
aku mencari denting lonceng di hatiku
Di jalan ini, aku menelusuri cerita masa lalu dan
riwayat masa ini
di jalan ini, aku memekik, menggonggong, membangunkan
yang terlupa
"kepada seseorang"
percintaanku adalah percintaan sunyi
tanpa perlu engkau sadari
tanpa perlu aku bersaksi
murni seperti pagi
indah seperti mentari
menores jejak yang kunikmati
dalam rindu dan kesedihan
tanpa terucap
murni seperti hadirnya
sunyi seperti matinya
cintaku
aku ingin sendiri sampai kesendirian itu abadi
mengabdi pada noktah-noktah sepi
pada ilalang ini
pengembara berjalan kaki telanjang pergi dalam sunyi
dalam mimpi…
engkaulah
engkaulah cintaku
mengawang antara ketidakberdayaan dan ketidakpercayaan
luruh dalam permainan rintik hujan
yang menyapu jejak tertinggal waktu itu
percakapan kita di waktu sepi
dalam keheningan batin, dalam riuhnya suara asing dan bising
membawa kesadaran tentang arti dan makna
saat hujan membasahi tubuhku, membelai dingin
hingga kesum-sumku
Dulu…kita tidak saling mengenal
mungkin kini juga begitu
kenapa luka harus ada
saat kata terucap di bibirmu?
rasa asam yang tersisa dalam batinku saat kita bertemu
membalur pandang
berubah kabur saat
terpaan angin
membawa rintik hujan pada kaca mobil
helaan nafas tikam perih…
saat kujawab
“mungkin memang begitu”
“saat berpisah”
jika perjanjian itu datang waktunya
aku ingin diantara orang-orang
yang menitip hormat pada pengembara
dimana hati tidak lagi berisi
berdiri dalam kubus persegi
dimana rasa ada karena nurani
jika perjanjian itu sampai
aku tak akan menitip pesan pada waktu
dan
pada hembusan angin sayup sampai
catlover30march2008