Perasaan terakhir

Untuk kedua kalinya. Haruskah belajar dari kesalahannya yang pertama? Apa mungkin memberi kesempatan kedua merupakan sesuatu yang keliru? Semua manusia pernah salah dan tak mungkin bisa luput dari kesalahan tersebut. Menyesal? Pastinya, tapi semua telah terjadi dan tak mungkin bisa mengubahnya. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mengambil hikmah dan memetik pelajaran dari segala kefatalan yang telah terjadi. Namun pada kenyataannya kita masih saja sering terjebak di lubang yang sama, bahkan kemungkinan akan terjebak dilubang yang lebih basar dan curam. Alih-alih memberi kesempatan kedua yang ada malah hanya memberi kesempatan untuk membuyarkan harapan-harapan tentang keindahan yang telah terpaksa ditanamkan dihidupkan dihadirkan dalam benak. Dan apakah dengan begitu juga harus menanamkan rasa benci? Justru dengan begini bisa membuka lebar-lebar mata untuk melihat keaslian dibalik topeng yang terkemas sempurna. Dan bersyukurlah aku tidak hidup dengan dirimu yang ternyata seorang yang jauh dari harapanku, seseorang yang memungkinkan akan menjadi mimpi buruk sepanjang hidupku.

Saat ini aku mencoba lebih menyelami perasaan yang menguap begitu saja, dan membuat rasa itu kini tak bisa begitu membenci juga tak bisa begitu menyukai dirimu lagi. Aku hanya bisa mengenangmu dengan perasaan terakhir yang masih tersisa dan sebentar lagi akan habis terbawa angin.

Menjaga perasaan itu agar tetap indah
Mendengar kejujuran bahwa tak ada lagi rasa sayang. Jantungku serasa berhenti berdetak.